Peran Humas dalam Penyampaian Informasi
Artikel 21.29

Sejauh ini masih banyaknya beranggapan bahwa fungsi Humas hanya sebagai pembuat press release, keprotokolan, dokumentasi, berhubungan dengan media. Padahal fungsi Humas, khususnya di pemerintahan dan instansi lainnya, adalah bagaikan sebuah lampu depan pada instansi tersebut.
Maka dari itu fungsi Humas tak hanya jadi pemadalam kebakaran, yang bisa memadamkan kobaran api emosi, serta menjadi kameramen atau fotografer saja. Akan tetapi seorang Humas itu harus cerdas dan berjiwa entrepreneurship. Karena seorang Humas diperlukan kemampuan untuk mengkaji bagaimana rumusan terbaik untuk mengkomunikasikan sebuah program pelayanan publik kepada masyarakat. Karena humas adalah suatu lembaga yang sangat strategis untuk menjembatani hubungan antar instansi maupun masyarakat dan elemen-elemen kelembagaan masyarakat lainnya.
Tidak salah kalau Humas itu merupakan corong atau penyambung lidah, serta jadi mediasi dua arah yang bisa dimanfaatkan untuk menentukan arah kebijakan strategis organisasi yang bisa dikomunikasikan ke seluruh komunitas eksternal atau internal.
Humas memang menjadi jendela dan garda paling depan bagi sebuah instansi atau organisasi lainnya. Maka dari itu kecerdasan dan kepiawaiannya untuk memetakan demografis customer atau masyarakat adalah keharusan.
Keberadaan Humas disebuah institusi acapkali diartikan sebagai ‘pemadam kebakaran’ atau menyelesaikan semua masalah. Namun, Humas seharusnya terlibat dalam permasalahan sejak dini. Artinya Humas itu harus terlibat sejak proses dari perencanaan.
Diakui atau tidak, Humas memegang peranan sangat central dalam institusi. Dimana pencitraan sebuah institusi akan sangat bergantung kepada kinerja Humas di institusi yang bersangkutan.
Sejatinya, Humas secara struktur melekat pada sebuah jabatan. Namun secara kelembagaan, sesungguhnya siapapun di institusi dimanapun yang berkenaan menjadi humas, harus bisa menempatkan diri dan membangun image institusi yang ditempatinya.
Jadi tidak bisa hanya Humas saja yang membangun pencitraan itu. Melainkan seluruh pegawai juga harus mampu menjadi Humas tentunya dalam kadar yang berbeda-beda.
Sebagai praktisi Humas, seseorang itu harus memiliki persyaratan, yaitu harus menguasai tugas dan fungsinya sebagai Humas. Semakin besar pemahaman seseorang terhadap fungsi dan tugasnya, maka semakin besar pula beban yang dipikul oleh seorang Humas tersebut. Selain itu, Humas juga harus bisa membangun komunikasi kedalam institusi maupun keluar institusi yang berkenaan. Khusus untuk institusi pemerintah sikap dan etitude harus menjadi contoh bagi Humas yang lainnya
Ujung Tombak
Keberadaan Humas merupakan ujung tombak keberhasilan pemerintahan menjalankan tugas-tugas pembangunan. Oleh sebab itu Humas haruslah diisi oleh individu-individu yang multitalenta. Di masa perkembangan informasi teknologi yang kian pesat, seorang Humas juga dituntut untuk dapat memainkan perannya sebagai PR (public relation) dan berjiwa entrepreneurship, serta mampu mengelola kehumasan secara aspek keilmuan, serta mampu pula menjadi juru bicara atau negosiator yang mumpuni.
Beberapa pakar mengatakan bahwa Humas itu agent of change. Dia membawa perubahan yang nyata di sebuah institusi, sebagai pembaharu informasi dan bertindak menjadi leader opinion. Makanya Humas perlu memiliki jiwa yang terbuka. Inilah sebabnya dia harus seorang yang multitalenta. Intinya, Humas wajib memiliki jiwa entrepreneurship. Humas semestinya mampu meringankan beban dari institusi yang menaunginya, tidak lagi sekedar menjadi corong tapi juga harus bisa bertindak sebagai PR.
Posisi Humas tidak jauh beda dengan seorang CEO atau Eksekutif perusahaan maupun pejabat di pemerintahan. Inilah yang hendaknya dipahami betul oleh seorang Humas. (N.Hart)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
