Gunung Kemukus,Sumberlawang, Sragen
Pariwisata, Utama 20.28
Antara Keyakinan dan Mitos Makam Pangeran
Samudro menjadi daya
tarik luar biasa bagi
pewisatawan ziarah, terutama
di Jawa. Terlepas
dari segala mitos, legenda,
sejarah maupun stigma
negatif yang melekat
di Gunung Kemukus,
redaksi Koran JITU menurunkan
tiga krunya ke
lokasi tersebut, 18 Februari
2010 di malam Jumat
Pon, tepat di hari pasaran
Gunung Kemukus. Berikut
reportase Anwar Mustafa,
Deni Nurindragani dan
Ardito Yuliadhi.
Mengejutkan. Malam itu, mulai pukul 20.00, Gunung Kemukus sudah dipenuhi lautan manusia. Lokasi wisata ziarah yang berada di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, ini ibarat tak menyisakan sejengkal tanah kosong pun untuk sekadar mengistirahatkan badan.
“Setiap malam Jumat Pon, jumlah pengunjungnya 3.000-4.000 orang. Sebanyak 30-40 persennya berasal dari Bandung. Mereka percaya dari cerita mulut ke mulut bahwa ziarah ke sini membawa berkah. Sebagian pengunjung tetap, dan lainnya wisatawan baru,” ungkap Bambang Purwanto, Kepala UPTD Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Pemkab Sragen kepada Koran JITU.
Malam itu, Bambang memantau langsung kunjungan ke Makam Pangeran Samodra. Dari penuturannya, banyak cerita menarik tentang Obyek Wisata Ziarah Pangeran Samudro di Gunung Kemukus.
Menurutnya, ada tiga kategori wisatawan berkunjung ke Kemukus. Pertama, wisatawan untuk sekadar ingin tahu. Lalu peziarah murni yang menjalankan ritual normatif. Terakhir, pengunjung dengan kegiatan lain di Kemukus. Nah, inilah yang bikin penasaran.
Harus diakui, Kemukus terlanjur mendapatkan stigma negatif. Di tempat itu, kalau mau keinginannya tercapai, seorang peziarah harus (maaf) berhubungan intim dengan bukan pasangan resminya.
Mereka harus mandi di Sendang Ontrowulan, ziarah di Makam Pangeran Samudro dan terakhir melakoni perbuatan yang diklaim sebagai salah satu syarat terkabulnya permohonan tersebut.
“Sebenarnya, peziarah yang datang ke sini keinginannya terkabul justru ketika mereka menjalankan ritual normatif. Berkahnya lebih terasa. Karena itu, Pemkab Sragen sudah mengeluarkan imbauan yang meminta pengunjung tidak melakukan perbuatan di luar kelaziman,” kata Bambang.
Tampaknya, sudut-sudut gelap di Obyek Wisata Ziarah Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, jauh lebih menarik. Ada keindahan tersendiri muncul dari nyala api senthir (lampu minyak) para penjual bunga.
Di sudut itu pula, ada bunga yang menanti kumbang hinggap. Ketika menyusuri setiap tempat di Kemukus, memang agak sulit mengesampingkan stigma tak enak tersebut. Kendati, harus diakui pula jika para peziarah murni tak kalah banyak bertebaran.
Kemukus adalah obyek wisata religi sekaligus keluarga yang bisa dijadikan pilihan pelepas penat. Apalagi kalau berkunjung antara Mei hingga Juni. Karena pintu air di Waduk Kedungombo ditutup, Gunung Kemukus berada di tengah waduk.
Mirip Pulau Samosir yang ada di pusat Danau Toba. Kalau ingin mencapai tempat itu, harus menyeberang menggunakan perahu. Bulan-bulan tersebut adalah masa di mana Gunung Kemukus menjadi lokasi wisata bagi keluarga.
Selain mudah dijangkau, Gunung Kemukus bisa dijangkau semua kalangan. Cukup siapkan uang Rp 8.000-Rp 15.000 per orang. Murah meriah, nggak bikin kantong jebol.
Siang hari, keindahan obyek wisata ini sangat menarik minat untuk datang. Tak hanya mendaki bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Mengarungi sisi timur Waduk Kedungombo adalah sensasi tersendiri. (tim Koran JITU)
Mengejutkan. Malam itu, mulai pukul 20.00, Gunung Kemukus sudah dipenuhi lautan manusia. Lokasi wisata ziarah yang berada di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Sragen, ini ibarat tak menyisakan sejengkal tanah kosong pun untuk sekadar mengistirahatkan badan.
“Setiap malam Jumat Pon, jumlah pengunjungnya 3.000-4.000 orang. Sebanyak 30-40 persennya berasal dari Bandung. Mereka percaya dari cerita mulut ke mulut bahwa ziarah ke sini membawa berkah. Sebagian pengunjung tetap, dan lainnya wisatawan baru,” ungkap Bambang Purwanto, Kepala UPTD Obyek dan Daya Tarik Wisata Dinas Pariwisata Pemkab Sragen kepada Koran JITU.
Malam itu, Bambang memantau langsung kunjungan ke Makam Pangeran Samodra. Dari penuturannya, banyak cerita menarik tentang Obyek Wisata Ziarah Pangeran Samudro di Gunung Kemukus.
Menurutnya, ada tiga kategori wisatawan berkunjung ke Kemukus. Pertama, wisatawan untuk sekadar ingin tahu. Lalu peziarah murni yang menjalankan ritual normatif. Terakhir, pengunjung dengan kegiatan lain di Kemukus. Nah, inilah yang bikin penasaran.
Harus diakui, Kemukus terlanjur mendapatkan stigma negatif. Di tempat itu, kalau mau keinginannya tercapai, seorang peziarah harus (maaf) berhubungan intim dengan bukan pasangan resminya.
Mereka harus mandi di Sendang Ontrowulan, ziarah di Makam Pangeran Samudro dan terakhir melakoni perbuatan yang diklaim sebagai salah satu syarat terkabulnya permohonan tersebut.
“Sebenarnya, peziarah yang datang ke sini keinginannya terkabul justru ketika mereka menjalankan ritual normatif. Berkahnya lebih terasa. Karena itu, Pemkab Sragen sudah mengeluarkan imbauan yang meminta pengunjung tidak melakukan perbuatan di luar kelaziman,” kata Bambang.
Tampaknya, sudut-sudut gelap di Obyek Wisata Ziarah Pangeran Samudro di Gunung Kemukus, jauh lebih menarik. Ada keindahan tersendiri muncul dari nyala api senthir (lampu minyak) para penjual bunga.
Di sudut itu pula, ada bunga yang menanti kumbang hinggap. Ketika menyusuri setiap tempat di Kemukus, memang agak sulit mengesampingkan stigma tak enak tersebut. Kendati, harus diakui pula jika para peziarah murni tak kalah banyak bertebaran.
Kemukus adalah obyek wisata religi sekaligus keluarga yang bisa dijadikan pilihan pelepas penat. Apalagi kalau berkunjung antara Mei hingga Juni. Karena pintu air di Waduk Kedungombo ditutup, Gunung Kemukus berada di tengah waduk.
Mirip Pulau Samosir yang ada di pusat Danau Toba. Kalau ingin mencapai tempat itu, harus menyeberang menggunakan perahu. Bulan-bulan tersebut adalah masa di mana Gunung Kemukus menjadi lokasi wisata bagi keluarga.
Selain mudah dijangkau, Gunung Kemukus bisa dijangkau semua kalangan. Cukup siapkan uang Rp 8.000-Rp 15.000 per orang. Murah meriah, nggak bikin kantong jebol.
Siang hari, keindahan obyek wisata ini sangat menarik minat untuk datang. Tak hanya mendaki bukit setinggi 300 meter di atas permukaan laut. Mengarungi sisi timur Waduk Kedungombo adalah sensasi tersendiri. (tim Koran JITU)
Sumber : koranjitu.com
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :


