KETUA RT MUNDUR: Warga Bayanan Gagal Batalkan Pelantikan Perdes
Bayanan, Jambeyan, Pemerintahan, Sambirejo, Utama 01.56

Sebanyak 50-an orang warga Bayanan yang dikoordinir tiga orang ketua
RT dan Ketua Forum Peduli Kebenaran dan Keadilan (FPKK) Sambirejo,
Sunarji, mendatangi Balaidesa Jambayen sekitar pukul 09.00 WIB. Mereka
kecewa dengan kepala desa (kades) setempat yang tidak mengakomodasi
keingin masyarakat Bayanan.
Kedatangan mereka untuk membatalkan prosesi pelantikan calon perdes
pun digagalkan aparat Polsek Sambirejo bersama aparat Koramil Sambirejo,
jagabaya dan bayan. Pelantikan tetap jalan terus sampai selesai.
Mereka diterima aparat di ruang kerja perdes Jambeyan untuk
berdialog. Kapolsek Sambirejo, AKP Hariyanto, didampingi Danramil dan
para pamong desa menerima aspirasi mereka. Setelah berdebat cukup
panjang, akhirnya tiga orang ketua RT, yakni RT 013, RT 014 dan RT 015
menyerahkan stempel. Mereka bertekat mundur menjadi Ketua RT karena
kecewa atas keputusan hasil seleksi perdes.
Salah satu Ketua RT, yakni Ketua RT 015, Sarno, saat dijumpai
wartawan di Bayanan, menegaskan penyerahan stempel RT itu bukan karena
keinginan pemerataan jabatan perdes. “Bayanan ini desa gede. Kami minta
kades bijaksana. Kalau Bayanan tidak dikasih pamong desa, lalu untuk
menyampaikan aspirasi harus lewat siapa? Bayan yang sekarang, dalam
waktu dua bulan sudah pensiun. Kami atas nama tiga RT menolak pengisian
perdes. Kami kesal karena kami tidak diperhatikan. Kami berhenti jadi RT
karena ada ancaman dari masyarakat kalau tetap jadi RT akan dihukum
adat,” ujar Sarno dihadapan massa warga Bayanan.
Mereka juga menguasai tanah bengkok milik perdes seluas enam hektare.
Mereka berniat ingin memisahkan sendiri menjadi wilayah baru di luar
Desa Jambeyan. “Secara geografis, Bayanan ini memiliki peta sendiri.
Berbeda dengan dukuh lainnya di Jambeyan. Kalau disuruh menjadi bayan
kami tidak mau, kami tetap ingin berdiri sendiri,” tambahnya yang
diamini warga lainnya.
Sunarji juga mendengarkan pernyataan sikap para warga. Menurut dia,
sebenarnya ada dua orang perwakilan warga Bayanan yang ikut seleksi
perdes, tapi mereka tidak jadi. Yang terpilih dalam seleksi itu justru
berasal dari dukuh lain, yakni Dukuh Gambing, Grenjeng, Sunggingan dan
Jambeyan. “Bahkan ada seorang sarjana yang kalah dengan lulusan SMA. Ada
juga indikasi permainan uang sampai Rp30 juta/orang,” tambahnya.
Bayan Bayanan, Sandiyo, mengaku tidak tahu menahu soal penyerahan
stempel RT itu. Dia hanya menerima stempel RT itu secara tiba-tiba
ketika warga datang ke balaidesa. Kendati demikian, Sandiyo bakal
melakukan pendekatan persuasif kepada warga untuk diberi penjelasan
tentang langkah mereka. “Selama saya masih menjadi bayan, saya minta
warga Bayanan bisa membantu saya,” tambahnya.
Kades Jambeyan, Slamet Prabowo, mengungkapkan juga akan mengambil
langkah persuasif dengan mengumpulkan para Ketua RT yang bersangkutan
agar sadar. “Saya benar-benar tidak tahu soal hasil seleksi perdes. Saya
sampai membuat pernyataan tertulis tentang ketidaktahuan itu kepada
penitia kecamatan. PDLT (prestasi, dedikasi, loyalitas dan tidak
tercela-red) saya berikan dengan meminta tanggapan perangkat lainnya.
Penilaian PDLT saya berikan secara terbuka, nilai minimal 75. Soal
pemerataan itu tidak cocok dengan mekanisme yang ada,” tuturnya.
Sumber : solopos.com
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
