Asal Mula Daerah Kaliyoso - Kalijambe
Jetiskarangpung, Kalijambe, Kaliyoso, Profil Wilayah, Utama 01.16
Meski hanya sebuah dukuh yang berada di Desa Jetiskarangpung, Kecamatan Kalijambe Kabupaten Sragen, nama Kaliyoso
ternyata memilik sejarah panjang. Dukuh yang terletak sekitar 12
kilometer (km) dari Kota Solo itu ternyata merupakan tempat yang penting
bagi raja Keraton Surakarta Hadiningrat 300 tahun lalu. Bahkan, Paku
Buwono (PB) IV sendiri yang memberikan nama itu.
Tokoh
masyarakat setempat, Rohmat Dwi Basuki, menuturkan belum lama ini,
cerita masa lalu Kaliyoso yang diwariskan dari generasi ke generasi.
Dahulu kala, wilayah Kaliyoso berupa hutan yang dikenal dengan nama
Jogopaten. Seorang santri bernama Bagus Turmudi memulai mendiami hutan
atau alas Jogopaten. Di lokasi itu dia banyak beribadah dan bermunajat
kepada Allah, hingga akhirnya mendirikan pondok pesantren. Bagus
kemudian lebih dikenal dengan nama Kiai Abdul Jalal, sesuai nama
kakeknya.
Sekitar 1788, PB IV
berburu ke hutan Krendowahono berada di sebelah selatan hutan Jogopaten,
demi memenuhi keinginan sang permaisuri yang ngidam daging kijang. Saat
berburu itulah, PB IV tiba-tiba menghilang. Para pengikut raja pun
gusar. Berhari-hari mereka mencari sang raja ke segenah penjuru, namun
PB IV tak juga ditemukan. Mengikuti saran penduduk setempat, para
pengikut raja akhirnya meminta pertolongan Kiai Abdul Jalal. “Kiai
meminta keponakannya bernama Bagus Murtoyo untuk mencari di mana sinuhun
berada. Benar juga, kemudian raja ditemukan,” papar Rohmat, saat
ditemui di kediamannya, belum lama ini.
Karena
bantuan itu, PB IV menyampaikan terima kasih kepada Kiai Abdul Jalal.
Ketika itulah, dalam kunjungannya ke Jogopaten, PB IV berujar, “Tempat
ini sekarang saya namakan Kaliyoso.” Sejak kejadian itu, lokasi tersebut
dikenal dengan nama Kaliyoso.
Selain
memberikan nama Kaliyoso, PB IV juga memberikan hadiah kepada Kiai
Abdul Jalal berupa mimbar, pintu masjid, serta benda-benda Keraton
berupa tombak. Kini, pintu masjid hadiah PB IV masih digunakan di Masjid
Jami’ Kaliyoso. Begitu pun mimbar hadiah sang rasa kondisinya masih
bagus dan digunakan di masjid. Sedangkan, tombak yang dikenal dengan
nama Kiai Ronda diletakkan di kayu usuk masjid tersebut. “Sampai kini
barang-barang itu masih ada dan menjadi saksi sejarah leluhur dukuh ini.
Juga menjadi kebanggaan kami sebagai warga Kaliyoso,” imbuh Rohmat.
Camat Kalijambe, Samsuri menyebut keberadaan Masjid Jami’ Kaliyoso
sangat penting bagi masyarakat Kaliyoso, dan Kalijambe pada umumnya.
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
Dikirim oleh Unknown
pada 01.16.
dan Dikategorikan pada
Jetiskarangpung,
Kalijambe,
Kaliyoso,
Profil Wilayah,
Utama
.
Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas