USAHA BATU BATA DEMI KELANGSUNGAN HIDUP


SRAGEN - Musim penghujan ini mungkin menguntungkan bagi petani ataupun peternak ikan yang sarat membutuhkan banyak aliran air untuk sawahnya atau kolam ikannya. Namun tak begitu dengan pewirausaha lainnya yang sangat membutuhkan terik matahari. Salah satunya, produsen batu bata dan genting yang dalam proses produksi bahan-bahan bangunan tersebut sarat membutuhkan terik matahari.

Adalah Suhadi (36), salah satu produsen batu bata yang telah menekuni usaha produksi batu bata kurang lebih 10 tahun di rumahnya. Ia mengikuti jejak orang tuanya yang telah lama bergelut dengan olahan tanah lempung ini. Ketika ditemui di rumah yang sekaligus menjadi bengkel kerjanya, bapak dua anak ini mengatakan, kini banyak pengrajin genting di kampungnya yang beralih menjadi pengrajin batu bata, termasuk juga dengan dirinya.

Memang sebagian besar warga di kampungnya, yakni Putatan, Kelurahan Kroyo, Kecamatan Karangmalang, Sragen ini menjadikan usaha produksi genting dan batu bata ini sebagai mata pencaharian pokok mereka. Seiring bertambahnya waktu, hanya sedikit warga yang bertahan membuat genting. Alasannya, untuk membuat genting, dibutuhkan tanah liat yang berkualitas. Bahan dasar genting itu kini sulit dijumpai. Lagipula, untuk menghasilkan genting berkualitas tinggi juga dibutuhkan kejelian dalam mengolah komposisi campuran bahannya. Lain halnya dengan bata. Selain proses pembuatannya lebih mudah, tanah yang digunakan relatif lebih mudah didapatkan.

“ Sekarang warga di kampung banyak yang berganti hanya membuat batu bata, karena untuk memproduksi genting, bahan bakunya adalah tanah liat yang berkualitas, yang sulit dicari ” jelasnya.

Bahan baku yang mudah didapat

Dengan mendapatkan bahan baku seperti tanah liat, sekam (brambut), abu, dan air seorang produsen batu bata mengawali proses produksi bahan bangunan ini. Tak ada kendala mendapatkan bahan baku batu bata, tambah Suhadi. Para petani sawah dengan senang hati menjual lapisan teratas tanah sawahnya untuk mengurangi ketinggian, hingga memudahkan air mengalir ke lahan tersebut. Dengan lahan yang mempunyai luas 200 m2 ini, setiap harinya dia bisa menghasilkan 500-700 batu bata di musim kemarau. Sementara, di musim hujan seperti sekarang, dia hanya bisa menghasilkan 300 batu bata saja.

Proses pembuatan batu bata relatif sederhana. Lempung yang masih keras dicampur dengan abu sisa pembakaran bata, dengan perbandingan 3:1. Lalu, disiram air secukupnya. Setelah melunak, diaduk dengan cangkul, lalu dimasukkan ke dalam mesin penggiling. Lempung yang telah lembut itu segera dicetak secara manual, dan ditata di atas tanah untuk dijemur. Setelah bata mentah cukup keras, sisi-sisi bata dirapikan. Selanjutnya, serahkan saja pada teriknya matahari, untuk menuntaskan proses pengeringan hingga siap dibakar. Di musim kemarau, bata betul-betul kering dalam waktu tujuh hari. Sedangkan pada musim hujan, setelah 10-15 hari bata mentah baru siap dibakar.

Menata bata mentah di dalam ‘tobong’ ternyata memiliki aturan tersendiri, tidak asal tumpuk saja. Jika diabaikan, bata bisa saja tak terbakar sempurna, atau bahkan gosong. Bata mentah ditata sedemikian rupa setinggi 2 m, dan diberi sela sepanjang 20 cm diantara tumpukan bata di sebelahnya. Ruang ini berfungsi untuk tempat kulit padi (brambut; jawa), yang menjadi bahan bakar utama pembakaran bata. Selama seminggu penuh, bata mentah terkurung dalam onggokan brambut panas. Brambut harus dikontrol kuantitas dan panasnya. Sekali obong, kata Suhadi , dibutuhkan 100 karung brambut untuk mematangkan 500- 700 keping bata.

Selain musim hujan, terrbatasnya ketersediaan brambut ketika musim tanam, menjadi kendala bagi kelangsungan produksi bata. Akibatnya, Suhadi harus kreatif menggunakan bahan substitusi, untuk membakar batanya. Tak ada brambut, kayu bakarpun jadi. “ Jika musim tanam, brambut sulit didapat, maka saya menggantinya dengan kayu bakar. Apalagi kayu bakar lebih murah dibandingkan dengan brambut” katanya.
 
Sebagai mata pencaharian pokok

Berawal dari mulut ke mulut, kini produk batu bata milik ayah dari dua anak ini sudah dikenal di seantero Sragen dan sekitarnya. Ia mematok satu keping bata dengan harga Rp. 450,00. Dia juga menyediakan jasa pengiriman batu bata yang mencapai 50.000,00 untuk dalam kota ataupun luar kota. Dengan mengumpulkan bahan-bahan pembuat batu bata seperti tanah lempung yang dibeli dengan harga Rp. 120.000,00 untuk produksi 3500 batu bata (produksi satu minggu), dan dicampur dengan abu yang diperoleh dengan harga Rp. 49.000,00. Dan yang paling membebani para pengusaha batu bata ini adalah sekam (brambut) yang setiap pembakarannya menghabiskan 100 sack dengan mencapai harga Rp. 1.000.000,00. Dalam seminggu memproduksi 3500 batu bata, dia bisa memperoleh keuntungan Rp. 406.000,00 tiap minggunya.

Usaha ini merupakan mata pencaharian pokok baginya dalam mencukupi kebutuhan keluarganya. Genting dan batu bata made in Kampung Putatan telah dikenal luas. Pemasarannyapun merambah hingga luar kota. Dengan mempertahankan kualitas, usaha ini mampu bertahan dari waktu ke waktu. “Semoga usaha saya ini bisa bertahan dengan saya mempertahankan kulaitas batu bata saya, karena memang dari usaha inilah saya bisa membiayai kebutuhan hidup keluarga saya” harapnya. (dyah)

JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :



Dikirim oleh Unknown pada 23.19. dan Dikategorikan pada , . Kamu dapat meninggalkan komentar atau pesan terkait berita / artikel diatas
  1. KEC. GEMOLONG
  2. > Brangkal
  3. > Gemolong
  4. > Genengduwur
  5. > Jatibatur
  6. > Jenalas
  7. > Kalangan
  8. > Kragilan
  9. > Kwangen
  10. > Kaloran
  11. > Nganti
  12. >Ngembatpadas
  13. > Paleman
  14. > Purworejo
  15. > Tegaldowo

  16. KEC. GESI
  17. > Blangu
  18. > Gesi
  19. > Pilangsari
  20. > Poleng
  21. > Slendro
  22. > Srawung
  23. > Tanggan

  24. KEC. GONDANG
  25. > Bumiaji
  26. > Glonggong
  27. > Gondang
  28. > Kaliwedi
  29. > Plosorejo
  30. > Srimulyo
  31. > Tegalrejo
  32. > Tunggul
  33. > Wonotolo

  34. KEC. JENAR
  35. > Banyuurip
  36. > Dawung
  37. > Japoh
  38. > Jenar
  39. > Kandangsapi
  40. > Mlale
  41. > Ngepringan

  42. KEC. KALIJAMBE
  43. > Banaran
  44. > Bukuran
  45. > Donoyudan
  46. > Jetis Karangpung
  47. > Kalimacan
  48. > Karangjati
  49. > Keden
  50. > Krikilan
  51. > Ngebung
  52. > Samberembe
  53. > Saren
  54. > Tegalombo
  55. > Trobayan
  56. > Wonorejo

  57. KARANGMALANG
  58. > Guworejo
  59. > Jurangjero
  60. > Kedungwaduk
  61. > Kroyo
  62. > Mojorejo
  63. > PelemGadung
  64. > Plosokerep
  65. > Plumbungan
  66. > Puro
  67. > Saradan

  68. KEC. KEDAWUNG
  69. > Bendungan
  70. > Celep
  71. > Jenggrik
  72. > Karangpelem
  73. > Kedawung
  74. > Mojodoyong
  75. > Mojokerto
  76. > Pengkok
  77. > Wonokerso
  78. > Wonorejo

  79. KEC. MASARAN
  80. > Dawungan
  81. > Gebang
  82. > Jati
  83. > Jirapan
  84. > Karangmalang
  85. > Kliwonan
  86. > Krebet
  87. > Krikilan
  88. > Masaran
  89. > Pilang
  90. > Pringanom
  91. > Sepat
  92. > Sidodadi

  93. KEC. MIRI
  94. > Geneng
  95. > Jeruk
  96. > Sunggingan
  97. > Girimargo
  98. > Doyong
  99. > Soko
  100. > Brojol
  101. > Bogor
  102. > Gilirejo
  103. > Gilirejo Baru

  104. KEC. MONDOKAN
  105. > Sono
  106. > Tempelrejo
  107. > Trombol
  108. > Jekani
  109. > Pare
  110. > Kedawung
  111. > Jambangan
  112. > Gemantar
  113. > Sumberejo

  114. KEC. NGRAMPAL
  115. > Bandung
  116. > Bener
  117. > Gabus
  118. > Karangudi
  119. > Kebonromo
  120. > Klandung
  121. > Ngarum
  122. > Pilangsari

  123. KEC. PLUPUH
  124. > Cangkol
  125. > Dari
  126. > Gedongan
  127. > Gentan Banaran
  128. > Jabung
  129. > Jembangan
  130. > Karanganyar
  131. > Karangwaru
  132. > Karungan
  133. > Manyarejo
  134. > Ngrombo
  135. > Plupuh
  136. > Pungsari
  137. > Sambirejo
  138. > Sidokerto
  139. > Somomorodukun

  140. KEC. SAMBIREJO
  141. > Blimbing
  142. > Dawung
  143. > Jambeyan
  144. > Jetis
  145. > Kadipiro
  146. > Musuk
  147. > Sambi
  148. > Sambirejo
  149. > Sukorejo

  150. SAMBUNGMACAN
  151. > Banaran
  152. > Banyuurip
  153. > Bedoro
  154. > Cemeng
  155. > Gringging
  156. > Karanganyar
  157. > Plumbon
  158. > Sambungmacan
  159. > Toyogo

  160. KEC.SIDOHARJO
  161. > Bentak
  162. > Duyungan
  163. > Jambanan
  164. > Jetak
  165. > Pandak
  166. > Patihan
  167. > Purwosuman
  168. > Sidoharjo
  169. > Singopadu
  170. > Sribit
  171. > Taraman
  172. > Tenggak

  173. KEC. SRAGEN
  174. > Karang Tengah
  175. > Kedungupit
  176. > Nglorog
  177. > Sine
  178. > Sragen Kulon
  179. > Sragen Tengah
  180. > Sragen Wetan
  181. > Tangkil

  182. KEC. SUKODONO
  183. > Baleharjo
  184. > Bendo
  185. > Gebang
  186. > Jati Tengah
  187. > Juwok
  188. > Karanganom
  189. > Majenang
  190. > Newung
  191. > Pantirejo

  192. SUMBERLAWANG
  193. > Cepoko
  194. > Hadiluwih
  195. > Jati
  196. > Kacangan
  197. > Mojopuro
  198. > Ngandul
  199. > Ngargosari
  200. > Ngargotirto
  201. > Pagak
  202. > Pendem
  203. > Tlogotirto

  204. KEC. TANGEN
  205. > Denanyar
  206. > Dukuh
  207. > Galeh
  208. > Jekawal
  209. > Katelan
  210. > Ngrombo
  211. > Sigit

  212. KEC. TANON
  213. > Bonagung
  214. > Gabugan
  215. > Gading
  216. > Gawan
  217. > Jono
  218. > Kalikobok
  219. > Karangasem
  220. > Karangtalun
  221. > Kecik
  222. > Ketro
  223. > Padas
  224. > Pengkol
  225. > Sambiduwur
  226. > Slogo
  227. > Sewatu
  228. > Tanon


Pulau Seribu
Kang Lintas Kang Lintas
Kang Lintas Kang Lintas

Pengunjung Online

2010 Berita Sragen. All Rights Reserved. - Designed by Berita Sragen