17.000 Mantan TKI Ditarget Terjaring Program Edukasi Kewirausahaan
Pemerintahan, TKI, Utama 09.48
Para tenaga kerja Indonesia (TKI) sering mengalami kesulitan saat
kembali ke kampung halaman. Pasalnya, mereka kebingungan untuk mencari
pekerjaan lantaran minimnya keahlian.
Hal itu diakui Kasi Fasilitasi Direktorat Pemberdayaan BNP2TKI,
Budiono, saat ditemui wartawan di sela-sela Edukasi Kewirausahaan
Budidaya Tanaman Holtikultura Bagi TKI Purna dan Keluarga di kantor
Perpustakaan Daerah (Perpusda) Sragen, Rabu (19/3/2014). Dijelaskannya,
selain minimnya keahlian, para TKI setibanya di kampung halaman sering
berlaku konsumtif dari penghasilan yang diperoleh selama bekerja di luar
negeri.
Lantaran hal itu, Budiono menilai pemberian pengetahuan kewirausahaan
bagi para mantan TKI cukup penting agar mereka tak ada lagi niatan
untuk kembali menjadi TKI. “Program ini kami munculkan agar mereka bisa
memanfaatkan gaji yang sering digunakan untuk hal-hal konsumtif. Kami
berpikir kedepan ada perubahan nasib. Kami tidak menginginkan mereka
terus-terusan menggantungkan mata pencaharian di luar negeri,”
ungkapnya.
Tak hanya pendidikan kewirausahaan bagi para mantan TKI, Budiono
menambahkan pihaknya juga memberikan edukasi pengelolaan keuangan bagi
calon TKI dan keluarganya. Tujuannya, agar para TKI sekembalinya ke
kampung halaman tak berlaku konsumtif.
Terkait edukasi kewirausahaan, Budiono menjelaskan program tersebut
sudah berjalan sejak 2010 silam. Ditargetkan, program itu menyasar
17.000 TKI dan keluarga pada 2014.
Masing-masing kelompok TKI di derah yang menjadi sasaran penerapan
edukasi, Budiono menjelaskan mendapat dana stimulan dari BP3TKI senilai
Rp10 juta. “Ini masuk dalam RPJMN pemberdayaan TKI. Untuk target, tahun
ini menyisakan 4.450 mantan TKI dan keluarga,” jelasnya.
Dari program yang sudah berjalan, lanjut dia, setidaknya terdapat
600an mantan TKI yang sudah berwirausaha. “Diluar pelatihan juga ada
beberapa teman [mantan TKI] yang sudah usaha tanpa sentuhan kami,” urai
dia.
Lebih lanjut, Budiono menjelaskan program yang digulirkan tersebut
hanya sebagai rangsangan. Pihaknya berharapa program itu bisa
dilanjutkan oleh masing-masing pemerintah daerah.
Sementara itu, Ketua Keluarga Migran Indonesia (Kami), Ratman,
menguraikan setidaknya terdapat 50 mantan TKI yang mengikuti pelatihan
itu. dari jumlah tersebut, beberapa mantan TKI sebelumnya sudah mampu
membuka wirausaha sekembalinya ke kampung halaman.
Diakuinya, para TKI yang kembali ke kampung halaman kerap kebingunan
mencari pekerjaan serta berlaku konsumtif. “Memang ada yang sulit
mencari pekerjaan setelah kembali. Ada yang secara fisik rumahnya bagus,
tetapi setelah pulang ke Indonesia mereka kesulitan ekonomi dan memilih
bekerja sebagai tukang parkir,” ungkapnya.
Sumber : http://www.solopos.com
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :


