Dari Cepoko Tembus Pasar Eropa
Kerajinan 21.17

Furniture merupakan barang kebutuhan sekunder dalam kehidupan kita. Khusus untuk kalangan ekonomi menengah keatas, furniture yang unik dan khaslah yang lebih diminati. Barang-barang furniture yang unik dan khas ini banyak dicari untuk menghiasi penampilan interior rumah agar terlihat indah dan nyaman. Dijaman yang sudah maju ini, biasanya produk-produk plastik dan logam yang mendominasi produk-produk di pasaran. Back to nature, ya, barang-barang furniture yang berasal dari bahan-bahan alamilah yang saat ini banyak dicari oleh kalangan menengah keatas, apalagi orang-orang luar negeri. Sesuai minat pasar tersebut, pengrajin berlomba-lomba menawarkan produk yang lebih inovatif. Bahan-bahan yang sangat sederhana seperti dari gedebog pisang, tempurung kelapa / batok bahkan enceng gondok. Bahan-bahan yang kelihatannya kurang bernilai tersebut, bisa disulap menjadi furniture yang mempunyai kualitas tinggi.
Produsen kerajinan unik ini bisa dijumpai di Kecamatan Sumberlawang. Sumberlawang merupakan salah satu wilayah di kabupaten Sragen yang terletak diujung barat yang bersebelahan dengan beberapa kec. lain seperti kecamatan Miri, kecamatan Kalijambe dan Kec. Gemolong. Secara geografis kondisi alam di Kec.Sumberlawang, kurang menguntungkan, karena tanahnya yang kering dan kurang subur.
Kondisi yang demikian tidak membuat warga di kecamatan tersebut menjadi putus asa dan menyerah menghadapi kondisi alam yang kurang menguntungkan itu. Namun hal tersebut justru memacu para warga untuk berkreasi dengan mengembngkan potensi yang ada pada dirinya untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya.
Ngadiman (37), merupakan salah satu contoh pengrajin yang kreatif. Bapak beranak dua yang tinggal di dusun Sumber desa Cepoko kecamatan Sumberlawang ini merupakan pengusaha yang ulet dan tekun. Bukan furniture berbahan dasar kayu jati yang sudah banyak tersedia dipasaran yang ia produksi, melainkan furniture-furniture unik yang berbahan dasar enceng gondok, pelepah pisang dan rotan. Bukan itu saja, saat ini Ngadiman juga mengembangkan kerajinan unik dari batok tempurung kelapa.
Dari bahan-bahan yang unik tersebut, Ngadiman bisa menyulap menjadi furniture berkelas eksport. Tiap bulan, ia dapat mengexport sebanyak 1200 – 1500 buah furniture ke manca negara. Tenaga kerja yang digunakan adalah penduduk sekitar, yang berjumlah kurang lebih 100 orang. Dari usahanya ini Ngadiman telah ikut membantu mengentaskan pengangguran dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Biasanya, tenaga kerja yang sudah mahir, akan berusaha merintis usaha serupa secara mandiri. Tak kurang 300 orang mantan tenaga kerjanya yang telah mahir, kini membuka usaha sendiri ataupun merantau ke perusahaan besar di luar daerah.
Ketrampilan yang dimiliki Ngadiman bukan diperoleh dari bangku sekolah. Sejak tahun 1986 ia bekerja di perusahaan furniture rotan di Jakarta. Malang melintang dari satu perusahaan rotan ke perusahaan rotan lainnya membuat ia sangat kampiun dalam mengolah rotan. Hingga tahun 1998 bersamaan dengan krisis ekonomi, dimana perusahaan tempatnya bekerja mengalami kesulitan, ia memutuskan pulang kampung untuk membuka usaha sendiri.
Sejak itu, sedikit demi sedikit usahanya mulai berkembang. Mulanya ia hanya memasarkan produknya secara lokal, kini produk-produk uniknya telah menembus pasaran Eropa, antara lain ke Perancis, Inggris dan negara-negara lainnya.
Ngadiman juga sering diundang sebagai pelatih kerajinan rotan, enceng gondok maupun tempurung kelapa. Tanggal 1 sampai 3 Juli 2007 lalu misalnya, ia mendapat undangan dari Kementrian Koperasi dan UKM untuk berkunjung ke Mesir sebagai konsultan budidaya enceng gondok di negara tesebut.
Ada hal yang menarik dari usaha furniture milik Ngadiman ini. Selain sebagai pemilik usaha furniture, ia juga mempunyai sebuah pondok pesantren. Disini menariknya, pekerja yang ia gunakan adalah santri-satrinya sendiri. Ia beranggapan hal tersebut sangat efektif, karena selain mendapat ilmu akherat, para santri tersebut juga mendapatkan bekal ilmu dunia. Para santri juga mendapat penghasilan yang cukup lumayan sebagai pekerja kerajinan rotan.
Bekerja sekaligus ibadah itulah prinsip sederhana namun mulia dari seorang Ngadiman, orang yang sederhana namun mempunyai harapan yang mulia. Ia tidak hanya mementingkan dirinya sendiri, telah banyak pengangguran yang kini bisa mandiri sendiri oleh bantuannya. (Hart)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
