Keuletan Berbuah Kesuksesan
Kerajinan 21.16

Adalah Jumanto, seorang warga dusun Genengsari desa Blangu Kecamatan Gesi sejak tahun 2001 silam menekuni produksi tas. Tak disangka usaha yang baru dirintisnya tujuh tahun lalu itu, kini telah maju dengan pesatnya. Setiap hari ia mampu berproduksi sebanyak 1000 buah tas dengan aneka macam bentuk dan jenis.
Semula Jumanto merupakan seorang karyawan swasta di sebuah perusahaan asing freeport di Papua. Karena krisis moneter tahun 1998 silam ia diberhentikan dari tempatnya bekerja. Kemudian ia bergabung dengan salah seorang temannya yang mempunyai usaha pembuatan tas dfi Jakarta. Sekitar tahun 2000 usaha yang dirintis bersama temanya tersebut terpuruk karena situasi ekonomi waktu itu belumlah ramah untuk pengusahan kecil. Kebangkrutan usahanya membuat modalnya ikut ludes. Ia kemudian pulang ke tanah asalnya di Kecamatan Gesi Kabupaten Sragen. Berbekal pengalaman yang sangat terbatas dalam pembuatan tas, ia nekat merintis kembali usahanya. Bersama istrinya dan dua buah mesin jahit, maka mulailah usaha kecil pembuatan tas milik Jumanto.
Kini, usaha yang dirintis tujuh tahun lalu, telah membuahkan hasil yang sangat luar biasa. Hasil produksinya kini telah merambah di sebagian besar kota di Indonesia. ”Hanya di Kota Aceh, Medan dan bangka yang belum terjangkau hasil produksi saya” aku Jumanto. Dulu ia hanya memasarkan produknya di pasar klewer Solo. Dari sana ia berkenalan banyak pedagang dari luar jawa. Akhirnya pedagang dari luar jawa banyak yang langsung membeli di tempat produksi Jumanto, di Kecamatan Gesi. Kini ia tidak kesulitan lagi dalam memasarkan tas hasil produksinya. ”Kami tidak mempunyai kesulitan dalam pemasaran, semua hasil produksi kami habis di beli pedagang baik dari Jawa maupun Luar Jawa” jelasnya.
Berkembangnya usaha Jumanto mempunyai dampak yang menggembirakan bagi penduduk sekitarnya. Pasalnya mereka pun ikut menikmati keberhasilan usahanya dengan menjadi pekerja sebagai pembuat tas. Usaha produksi Jumanto secara nyata telah membantu program pemerintah dalam penggurangan pengangguran. Sriyati misalnya, ia telah enam tahun ini bekerja di tempat Jumanto. Dalam satu hari Sriyati bisa membuat 20 buah tas. Semula Sriyati tidak mempunyai ketrampilan sama sekali dalam membuat tas. ”Semula saya belajar disini, setelah bisa, saya di rekrut untuk menjadi karyawan, dulu saya seorang pengangguran, kini telah mendapat penghasilan yang lumayan untuk menopang kehidupan bersama 3 orang anak kami” tutur Sriyati. Sriyati merupakan salah satu dari 52 orang karyawan usaha produksi tas milik Jumanto, yang sebagian besar adalah wanita. ”Semua karyawan kami adalah penduduk sekitar sini” tutur Jumanto.
Tas buatan Jumanto sebagian besar berbahan baku import D-600, semacam terpal yang kuat. Bahan baku tersebut ia beli dari Bandung, Semarang dan Surabaya. Bapak beranak dua ini mengaku, harga bahan baku terpal sangat tidak stabil, berbeda dengan harga sebuah tas yang jarang sekali naik maupun turun. Hal tersebut membuat ia harus hati-hati, sebab jika tidak cermat bisa merugi. Jumanto sempat menikmati keuntungan yang besar ketika tahun 2003. Disaat itu harga bahan baku murah, sedangkan harga sebuah tas lumayan tinggi.
Usahanya bisa berkembang pesat seperti sekarang ini, berawal saat ia mendapat bantuan dana pinjaman bunga lunak dari Dinas Perindustrian Koperasi dan UKM (Disperindagkop & UKM) Kabupaten Sragen tahun 2003 lalu, sebesar 20 juta rupiah. Dampaknya, usaha yang ia tekuni mulai nampak berkembang. Alhasil ia mendapat kepercayaan dari Bank BRI dan mendapat pinjaman tambah modal sebesar 100 juta rupiah. Berawal dari bantuan Disperindagkop & UKM dan Bank BRI tersebut, kini ia bisa menikmati hasil jerih payahnya selama ini. (N.Hart)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
