Mau Irit, Gunakan Saja Motor Tenaga Surya
Tokoh 19.46

Mungkin sebagian besar dari kita sering mengeluhkan panasnya terik matahari yang kian menyengat akhir-akhir ini. Namun tidak demikian halnya dengan Gino Gunawan (55), seorang pegawai di lingkungan Kantor Perindustrian Koperasi (Inkop) dan UKM Pemkab Sragen. Berkat tangan terampil dan ide cemerlang yang ia miliki, Gino yang juga petani ini berhasil merancang dan sekaligus merakit sebuah kendaraan bermotor tenaga surya.
Keberadaan panas matahari kian dilirik sebagai solusi energy alternative. Sinar matahari yang diserap solar cell, melalui piranti elektrik diubah menjadi arus DC yang selanjutnya disimpan dalam aki yang kemudian berfungsi sebagai setrum pencatu daya. Energi inilah yang kemudian dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti trafic light, pemanas air, pembangkit listrik dan sebagainya.
Gino. Ayah dua orang anak ini mengaku memperoleh ide merakit motor listrik tenaga Surya saat melihat motor listrik Treko yang berseliweran di bumi Sukowati beberapa waktu lalu. Ide dasarnya adalah bagaimana mengoptimalkan motor tenaga listrik tersebut tanpa harus mengecharge battery setiap saat. Ide tersebut lantas ia realisasikan dengan membeli dynamo penggerak motor listrik. “Cukup lama mas indentnya, untuk memesan dynamo ini saja harus menunggu waktu 6 bulan” terang Gino. Memang, Gino banyak menemui kendala masalah ketersediaan barang dikarenakan barang-barang tersebut haris dia pesan dari Jakarta dan seringkali harus indent terlebih dahulu. Untuk panel surya, Gino mempergunakan 5 lembar panel surya Altari yang masing-masing mampu menghasilkan arus listrik 5 Ampere. “waktu itu satu lembar panel surya harganya sekitar Rp. 2,5 juta, itupun saya beli di Jakarta melalui internet, sekarang harganya sudah mencapai Rp 7 juta/ lembar. Bahkan lebih” terang Gino.
Kesulita yang ia alami adalah dalam membentuk konstruksi frame yang ringan namun kokoh untuk motor listrik tenaga suryanya. Karena masih dilakukan secara manual (bahkan tradisional) bobot bersih motor tenaga surya yang ia rakit membengkak hingga hampir 160Kg. Padahal, idealnya motor listrik tersebut akan bekerja optimal jika bobot kosong kendaraan dibawah 100Kg. Belum lagi system aerodinamika yang cukup memusingkan. Gino menuturkan bahwa ia masih “puyeng” memikirkan cara mendesain bodi kendaraannya. Sebab, jika tidak ditutup, pengendara akan merasakan pantulan panas aspal jalan raya yang menyengat, akan tetapi jika ditutup body, aerodinamika motor akan sangat mengganggu laju motor tersebut. Belum lagi bobot kendaraan yang kian membengkak.
Untuk frame, Gino masih menggunakan pipa turbular yang terkenal kokoh namun memiliki bobot yang sangat berat. Saat ini ia masih berupaya mencari frame yang ringan, kokoh namun murah untuk diaplikasikan pada motor listrik tenaga surya rakitannya. “Sebenarnya ada frame yang sangat ringan namun kuat, akan tetapi harganya sangat mahal mas. Teknologi tersebut banyak diaplikasikan pada sepeda balap professional maupun body pesawat terbang. “ Dengan menggunakan baja karbon maupun titanium alloy atau alluminium alloy, memang akan didapatkan frame yang sangat ringan namun teruji kekuatannya. Akan tetapi bahan semacam ini tentu saja tidak mudah didapat. Belum lagi pengerjaanya mustahil dilakukan dengan alat las tradisional. Mesti mengenakan mesin pabrik.
Total Gino menghabiskan biaya sekitar 30 juta rupiah lebih untuk sebuah prototype motor tenaga surya tersebut. Biaya tersebut terhitiung cukup besar, sebab anggaran Gino membengkak dikarenakan trial error yang sering terjadi selama proses perakitan. Jika diproduksi dalam skala missal, biaya yang dikeluarakan tisp unitnya pasti akan jauh lebih murah. Bahkan mungkin hingga 50% terang Gino.
Gino mengakui bahwa masih banyak terdapat kelemahan disana-sini pada motor tenaga surya buatannya. Maklum, motor tersebut ia rakit seorang diri dengan teknologi sederhana dan bahkan dengan pembiayaan sendiri. Memang, prototype kendaraan tenaga surya sudah cukup banyak diberitakan. Akan tetapi kendaraan tersebut dirakit oleh institusi-institusi baik pendidikan maupun institusi lainnya baik skala nasional, bahkan kelas dunia. Akan tetapi, menilik status Gino yang hanya PNS kabupaten dan juga seorang petani, hal ini tentu saja sangat luar biasa. Hal ini membuktikan bahwa kualitas SDM di Bumi Sukowati tidaklah kalah dari daerah-daerah lain, bahkan mungkin jauh lebih unggul.
Kedepan, Gino sangat berharap ada pihak-pihak terkait yang bersedia membantunya dalam mengembangkan prototype motor tenaga surya buatannya. Bantuan yang ia harapkan tidak hanya berupa bantuan financial, akan tetapi juga teknologi atau bahkan hanya sekedar informasi mengenai peralatan yang ia butuhkan untuk meningkatkan arus listrik dan juga enyimpannya ke dalam baterai yang tahan lama. “ Saya kesulitan mencarinya mas, kalau ada siapapun yang bisa membantu, walau Cuma informasi dimana saya harus mencari saya akan sangat berterimakasih sekali” demikian Gino menutup wawancara tersebut. (Zi Bang)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
