Toga yang Fasih Bahasa Turki
Tokoh 19.45

Turki merupakan sebuah negara yang menjadi penghubung antara benua Asia dengan Eropa. Dalam tradisi masyarakat Turki, mereka menyebut tanahnya sebagai Anadolu, yang berarti ‘ditempati oleh ibu-ibu yang penuh dengan kasih sayang.
Bahasa Turki memang masih asing di telinga masyarakat Sragen, namun hal itu tak berlaku bagi Toga Ardian Saputra. Toga yang saat ini menuntut ilmu di Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) Gemolong memang cukup mahir bercas cis cus bahasa Turki. Bahkan karena kelihaiannya berbahasa Turki, ia berhasil menyabet medali emas dalam kejuaraan Turkish song pada ajang olimpiade internasional bahasa Turki (8th Turkce Olimpiyatlari).
“Meskipun baru pertama kali mengikuti event internasional tersebut, namun kami optimis menang. Karena kami dibimbing oleh pengajar berkualitas yang datang langsung dari Turki,” kata Toga. “Saya menyanyikan love song tahun 70- an yang berjudul Seudan Olmasa,” terang remaja imut-imut ini. Toga yang kelihatan pemalu dan pendiam ini merupakan peraih beasiswa SBBS Gemolong lewat pencarian bibit unggul. ABG yang lulusan SMP negeri di kota Magelang ini terpilih karena kejeniusannya.
Toga menceritakan pengalamannya mengikuti kejuaraan internasional tersebut. Sebanyak 120 negara ambil bagian dalam event yang berlangsung di Turki tersebut. Para peserta dibagi 6 grup. Indonesia masuk dalam grup yang terdiri dari negara-negara dari Asia Tenggara, Jepang dan Korea. Peserta olimpiade internasional bahasa Turki ini merupakan yang pertama kali di dunia dimana peserta dari seluruh dunia berkompetisi menggunakan Bahasa Turki. Peserta olimpiade dari Indonesia diwakili oleh 3 sekolah PASIAD yaitu SBBS Sragen, PRIBADI Bandung serta PRIBADI Depok. SBBS sendiri mengirimkan 15 orang siswanya untuk bertanding.
Siswa kelas II IPA 1 yang hobi main gitar dan nonton siaran bola tersebut ternyata sempat mengenyam pelajaran langsung di negara Turki, setelah ia terpilih menjadi salah satu siswa pertukaran pelajar. Menurutnya sistem pembelajaran di Turki memang lebih efektif diserap para siswanya, komunikasi dua arah merupakan kunci keberhasilan pendidikan di Turki. Selain itu jam belajar yang efektif dari pukul 09.00 – 16.30 (waktu setempat) membuat siswa Turki terdidik menjadi siswa yang kritis dan inovatif.
Sementara itu sang pembimbing kontingen asal Indonesia Gaygisiz A yang berkebangsaan Turki ini mengaku tidak mengalami kesulitan mendidik siswa SBBS Gemolong. Pria kelahiran 22 tahun silam ini sedang sibuk-sibuknya mempersiapkan siswa- siswanya untuk berlaga di kejuaraan yang sama di tahun depan.
“Saya percaya mereka belajar dengan keras setiap hari. Kami berlatih dua kali dalam sehari. Kami berharap tahun depan meraih medali lebih banyak lagi,” jelas Gaygisiz yang merupakan siswa pertukaran pelajar di UNS FKIP jurusan Bahasa Inggris. (Arin)
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :
