KOMUNITAS BMX, ” Berobsesi Meraih Juara Indonesia Open”
Hoby, Utama 21.17
SMART – Sore itu suasana GOR Diponegoro Sragen sangat cerah, Seperti biasa terlihat aktivitas para pengunjung yang sedang sibuk dengan olah raga kegemarannya masing – masing. Tempat ini memang menyediakan fasilitas olah raga yang bisa dibilang cukup lengkap mulai dari tennis, fitness, senam, dan beberapa olah raga lainnya. Jika anda berkunjung di pusat kebugaran kota Sragen ini, anda akan menyaksikan pemandangan yang menakjubkan. Di halaman sebelah Barat pintu masuk utama, terlihat beberapa anak yang mungkin berpenampilan agak sangar dan cuek unjuk kebolehan. Dengan lincah dan lihainya mereka beratraksi menggunakan sepeda kecil atau lebih dikenal dengan sebutan BMX. Dengan teknik permainan yang terhitung berbahaya, mereka mampu menarik pengunjung yang datang untuk sekedar melirik sebentar kearahnya. Tidak kalah pula atraksi anak-anak BMX-rider memainkan sepeda BMXnya beradu gaya walaupun sesekali terjatuh.
Komunitas anak-anak yang gemar berolahraga BMX ini dikenal dengan sebutan “Freedom”. Penampilan fisik mereka memang agak sedikit menakutkan tapi jika kita mau berkenalan lebih jauh sebenarnya hati mereka halus dan sangat bersahabat. “Ini hanya sekedar hobi dan kami berterima kasih kepada bapak bupati yang telah memberikan kami arena bermain skateboard dan sepeda BMX ini..”, ujar Very salah satu bikers freedom.
Arena ini memang disediakan dan dibuat khusus bagi pecinta skateboard dan sepeda BMX di kabupaten Sragen dan daerah-daerah disekitarnya. Peresmian arena tersebut dilaksanakan pada bulan Mei tahun 2003 silam oleh Bupati Untung Wiyono sendiri. Awal mulanya Bupati melihat kepiawaian anak-anak ini bermain skate dan BMX pada acara karnaval yang merupakan agenda rutin yang dilaksanakan Pemkab. Sragen dalam menyambut hari jadi Kabupaten Sragen. Dari situlah orang nomor satu di Sragen ini berniat memberikan satu wadah bagi mereka untuk mengembangkan hobi dengan memberikan tempat khusus yaitu di halaman sebelah barat GOR. Fasilitas yang disediakan untuk beratraksi yaitu JumpBox, Spine, dan Quarter.
Freedom sering mengikuti kejuaraan sepeda BMX diberbagai kota diantaranya di Malang, Surabaya, Bali, dan Jakarta. Jangan salah anak-anak Freedom ini pun sudah banyak menyabet kejuaraan di berbagai event tersebut. Salah satu atletnya yang masih aktif sampai sekarang yaitu Very Wijaya.
Menurut Very, ia mulai menyukai olah raga ini pada tahun 2001 pada saaat dia bermain keJakarta di Ancol tepatnya. Dia melihat Event BMX yang mengundang BMX-rider dari North California bernama Mike Escamilla yang memukau dengan trick atuau gaya “backflip” yaitu melakukan salto atau koprol diudara dengan menggunakan sepeda BMX.
Dari situlah ia mulai tertarik dan mencoba belajar bermain sepeda BMX sampai akhirnya pada tahun 2003 diGOR Diponegoro Sragen disediakan fasilitas untuk berlatih BMX oleh Bupati Sragen, Untung Wiyono. Pada kesempatan tersebut juga digelar lomba BMX ber-seri seJateng-DIY, yang baru pertama diselenggarakan di kabupaten Sragen. Pada lomba ber-seri itu very selalu mendapatkan juara minimal diurutan 1-3.
Pada tahun 2004 dia berhasil meraih juara-I pada Kejurda Jateng-DIY diSemarang dan pada tahun 2007-pun dia sempat meraih The Winner Of The Year Junior Class di Kejuaraan Nasional BMX Indonesia seri 2007. Setelah malang melintang selama hampir lima tahun di dunia BMX, Very sempat vakum dari aktivitas yang sangat dicintianya tersebut. Mulai pertengahan tahun 2008 sampai awal tahun 2010 dia menyelesaikan studinya dijurusan D3 Desain Komunikasi Visual,pada Fak.Sastra &Seni Rupa UNS Surakarta.
Setelah menyelesaiakan kuliah pada bulan Maret 2010, Very kembali menekuni olah raga BMX. Hasilnya pada tanggal 6 mei 2010 ia berhasil meyabet Juara ke-II Beginer di ajang Kejuaraan BMX Indonesian Open Seri-II di Jogja Expo Center.
Terkait rencana kedepan, Very menargetkan untuk menjuarai kelas Senior di-Kejuaraan BMX Indonesian Open pada tahun 2010. Menurut nya kendala yang dialami adalah alat berlatih BMX diGOR Diponegoro Sragen belum berstandar nasional dan tingkat keamanan yang masih minim. Kendala itulah yang membuat prestasinya mandeg dan sampai sekarang dia masih berada dikelas Junior di Kejurnas BMX dan Beginer diIndonesian BMX Open.
” Selain susah untuk naik kelas diKejuaraan, saya juga susah mencari generasi penerus olah raga ini karena alat disini belum berstandar nasional, dan tingkat keamanan sangat minim, sehingga banyak anak-anak yang baru mencoba, sudah pada jatuh dan akhirnya enggan berlatih lagi. Saya sendiri juga hampir tiap hari berlatih disini pasti terjatuh…” ungkap bungsu dari tiga bersaudara itu.
Walaupun begitu Very dan kawan-kawan masih bertekad untuk melestarikan olah raga BMX diSragen. Ia bertekad tetap bermain dan mengikuti kejuaran serta mencari generasi penerus atlet BMX, sehingga keberadaan oleh raga itu tetap eksis di kabupaten Sragen. “Saya berharap pemerintah kabupaten Sragen dapat menyediakan alat BMX yang berstandar nasional agar kami bisa membawa nama Sragen tidak hanya di negeri sendiri, tapi juga sampai tingkat internasional ” pungkasnya.
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :


