KEMISKINAN: Belum Ada Tim Survei, Pemkab Kesulitan Verifikasi Gakin
Kesehatan, Pemerintahan, Utama 00.33

SRAGEN – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sragen kesulitan
memverifikasi warga miskin (gakin) yang mengajukan pelayanan kesehatan
ke Unit Pelayanan Terpadu Penanggulangan Kemiskinan (UPT PK) Sragen
lantaran belum ada tim verifikasi di tingkat desa. Selama ini
rekomendasi UPT PK yang diberikan untuk gakin didasarkan pada hasil
verifikasi bidan desa dengan sistem pelaporan via telepon.
Kabid Promosi Kesehatan (Promkes) Dinas Kesehatan (Dinkes) Sragen, Fanny Fanani, saat dijumpai Solopos.com
di UPT PK Sragen, mengungkapkan mestinya ada tim survei yang bertugas
memverifikasi gakin ke lapangan, sampai di tingkat desa. Menurut dia,
bidan desa memang tugasnya memberi pelayanan kesehatan kepada
masyarakat. Bagi Fanny, bidan desa jangan dibebani dengan pekerjaan
survei atau verifikasi, kalau dimasukkan dalam tim verifikasi tingkat
desa tidak masalah.
“Ada banyak potensi petugas di tingkat desa atau kecamatan yang bisa
diajak bekerja untuk verifikasi gakin di luar database. Potensinya ada
petugas keluarga harapan (PKH), ada tenaga kesejahteraan sosial
kecamatan (TKSK) atau bisa melibatkan kasi kesejahteraan rakyat (kesra)
di tingkat kecamatan. Namun semua itu butuh pemikiran dan diskusi yang
serius,” tegasnya saat berdialog dengan Ketua UPT PK Sragen, Suyadi,
didampingi Kasubag Tata Usaha, Agus Tri Lastomo dan Kasi Pelaporan dan
Pengaduan UPT PK, Dwi Cayani.
Suyadi menyambut baik dan menyetujui ada tim khusus yang survei ke
lapangan. Tim survei itu, terang dia, tidak bisa dibentuk secara
independen karena membutuhkan honor dan rekrutmen yang panjang. Dia
sepakat bila tim survei itu diberikan kepada sejumlah jaringan kerja di
tingkat kecamatan dan desa.
Agus Tri Lastomo menambahkan selama ini survei ke lapangan dilakukan
oleh bidan desa dan laporannya ke UPT PK cukup via telepon untuk
mempercepat pelayanan kepada masyarakat. Dia menyebut kasus di salah
satu kelurahan di Sragen misalnya, ada survei yang salah sasaran. Survei
yang salah itu berdampak pada penerbitan rekomendasi agak terlambat.
“Kasusnya ada dua bidan, yang satunya sakit dan yang satu survei.
Bidan sehat itu ternyata salah survei. Setelah disurvei ulang oleh bidan
yang sama, akhirnya memang gakin yang bersangkutan benar-benar miskin,”
pungkasnya.
Sumber : Solopos
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :


