Pengembangan Situs Manusia Purba Sangiran
Pariwisata, Sangiran, Utama 09.58

Lapisan-lapisan
tanah yang saat ini terbentang, merupakan lembar-lembar kisah masa lalu
yang tiada habisnya, karena pada lapisan-lapisan tanah tua yang
tersingkap, telah memunculkan bukti-bukti kehidupan masa lalu. Okupasi
manusia purba dari takson Homo erectus secara intens telah meninggalkan
jejak-jejaknya berupa fosil manusia, fosil binatang, maupun alat-alat
batu, dalam lingkungan purba yang terbentuk selama 2 juta tahun
terakhir. Kombinasi dari potensi fosil manusia, fosil binatang, artefak
dan lingkungan pengendapannya merupakan hal yang unik dan jarang terjadi
di tempat lain. Inilah nafas dan arti mendalam dari Situs Sangiran
sebagai salah satu situs akbar dalam kajian evolusi manusia, budaya, dan
lingkungannya. Sangiran pun kemudian ditetapkan menjadi salah satu
Warisan Budaya Dunia oleh UNESCO pada tahun 1996 dengan nomor C 593,
dengan nama The Sangiran Early Man Site.
Dalam
rangka pelestarian dan pengembangan Situs Sangiran, maka pada tahun
2004 telah diselesaikan Rencana Induk Pengembangan Sangiran (Master
Plan), yang diikuti dengan pembuatan Detail Engineering Design (DED)
Pelestarian Situs Sangiran pada tahun 2007, yang antara lain memuat
kebijakan-kebijakan pengembangan situs, dengan melibatkan para
stake-holders di daerah dan para pakar (termasuk dari kalangan
universitas).
Sesuai
dengan amanah dari Masterplan dan DED tersebut maka Situs Sangiran akan
dibangun dan dikembangkan menjadi empat klaster dengan bangunan museum
di masing-masing klaster tersebut. Tiga buah Klaster terletak di
Kecamatan Kalijambe, Kabupaten Sragen, yaitu Klaster Krikilan sebagai
visitor center, Klaster Bukuran sebagai representasi dari bukti-bukti
evolusi manusia purba, dan Klaster Ngebung sebagai representasi sejarah
awal penelitian von Konigswald di Sangiran. Satu buah klaster lagi
berada di Kecamatan Gondangrejo, Kabupaten Karanganyar, yaitu Klaster
Dayu sebagai representasi penelitian tentang budaya manusia purba di
Situs Sangiran yang paling mutakhir.
Untuk
mendukung pelaksanaan dari rencana pengembangan Situs Sangiran secara
terpadu, telah disusun sebuah kesepakatan bersama antara Menteri
Kebudayaan dan Pariwisata, Gubernur Jawa Tengah, Bupati Sragen dan
Bupati Karanganyar, tentang Pelindungan, Pengembangan, dan Pemanfaatan
Kawasan Sangiran sebagai Warisan Budaya Dunia. Kesepakatan Bersama
tersebut telah ditandatangani bersama pada tanggal 6 April 2009.
Penandatanganan tersebut dapat diartikan bahwa semua pihak sepakat untuk
bekerja sama dalam pengembangan Situs Sangiran, dengan mengacu pada
Masterplan dan DED yang sudah ada, yang antara lain mengatur bahwa
Pemerintah Pusat bertanggungjawab melaksanakan kegiatan pembangunan
museum beserta isinya, Pemerintah Propinsi bertanggungjawab melaksanakan
kegiatan promosi dan pemberdayaan masyarakat, dan Pemerintah Kabupaten
bertanggungjawab menyediakan lahan untuk pengembangan dan infra
strukturnya.
Saat
ini, untuk Klaster Krikilan sudah selesai dibangun dan telah diresmikan
pada tanggal 15 Desember tahun 2011, sedangkan Klaster Dayu dan Klaster
Bukuran sedang dalam taraf pembangunan dan ditargetkan selesai pada
akhir tahun 2013 ini. Sementara itu lahan untuk Klaster Ngebung sudah
disediakan oleh Pemerintah Kabupaten Sragen, dan perencanaan museum
sudah dibuat. Ditargetkan pada bulan Juli tahun 2014 pembangunan Klaster
Ngebung sudah selesai.
Sebagai
pendukung Klaster Bukuran, saat ini di Desa Manyarejo, Kecamatan
Plupuh, Kabupaten Sragen, juga sedang dibangun sebuah museum lapangan
sebagai representasi kegiatan penelitian yang terus berlanjut. Museum
ini ditargetkan selesai pada akhir tahun 2013.
Berkaitan
dengan kegiatan promosi dan pemberdayaan masyarakat, Pemerintah
Propinsi Jawa Tengah sejak tahun 2009 sampai dengan tahun 2013 ini
secara rutin telah menganggarkan dana hibah untuk Balai Pelestarian
Situs Manusia Purba Sangiran untuk melaksanakan kegiatan promosi di
antaranya melalui program sosialisasi, lomba karya tulis, pameran
keliling, penerbitan buku, pembuatan dan pemasangan baliho, dan
pengembangan sarana daya tarik obyek wisata.
Seluruh
kegiatan pengembangan museum, pengembangan informasi, dan promosi yang
telah dilaksanakan, memberikan dampak yang sangat signifikan terhadap
jumlah pengunjung ke Museum Manusia Purba Sangiran. Pada tahun 2008
pengunjung museum berjumlah: 56.999 orang, tahun 2009 meningkat menjadi
71.986 orang, tahun 2010 menjadi 116.896 orang, tahun 2011 menjadi
123.765 orang, dan pada tahun 2012 menjadi 249.260 orang.
Data
tersebut menunjukkan terjadinya peningkatan jumlah kunjung museum yang
sangat signifikan. Tahun 2004 sampai tahun 2008 belum ada peningkatan
yang berarti. Pada tahun 2008 jumlah pengunjung hanya 56.999 orang,
Mulai tahun 2009 sampai tahun 2012, setelah adanya kesepakatan bersama
dalam pengembangan dan pemanfaatan Situs Sangiran berjalan selama empat
tahun, jumlah pengunjung museum telah meningkat sebanyak 192.261 orang,
atau lebih dari 300 %.
Sesuai
dengan arahan Bapak Presiden RI pada saat kunjungan kerja ke Museum
Manusia Purba Sangiran pada bulan Februari tahun 2012, ditargetkan
pengembangan seluruh Klaster Sangiran dapat diselesaikan pada
pertengahan tahun 2014.
Dengan
selesainya pengembangan seluruh klaster tersebut diharapkan Museum
Manusia Purba Sangiran dapat menjadi obyek dan daya tarik wisata
unggulan di Jawa Tengah, dan berdampak kepada peningkatan ekonomi
masyarakat di sekitarnya.
Sumber : http://www.gatra.com
JADILAH ORANG PERTAMA YANG MENGOMENTARI :


